01 Agustus 2008

Menanti Keindahan dengan Indah...


Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan

Salim A. Fillah


Belajarlah dari ahli puasa

Ada dua kebahagiaan baginya

Saat berbuka

Dan saat Allah menyapa lembut memberikan pahala


Cinta antara dua insan di masa remaja yang lembab ini adalah cinta yang masih terikat dengan dualisme karakter: kekanak-kanakan yang menajam dan kedewasaan yang menjanin.

Kalau cinta di zaman saat ini memerlukan defenisi, biarlah Al Imam Ibnu Dawud Azh Zhahiri memberikannya untuk kita. “Cinta...,”kata beliau, adalah cermin bagi orang yang sedang jatuh cinta untuk mengetahui watak dan kelemahlembutan dirinya dalam cinta kasihnya. Karena sebenarnya ia tidak jatuh cinta kecuali kepada dirinya sendiri”.

Islam telah meletakkan timbangan kemuliaannya dalam semua hal termasuk dalam masalah hawa nafsu pada timbangan kebenaran atas penunaian perintah Allah dan penyingkiran laranganNya dari kehidupan. Bahwa Allah melarang sesuatu pasti ada kemudharatan di dalamnya. Tak asal melarang, Dia yang Maha Bijaksana selalu memberikan alternatif yang lebih suci, indah, dan berpahala, serta membingkainya dalam kerangka mentaatiNYa. Contoh dekatnya adalah Allah melarang zina yang keji dan memerintahkan PERNIKAHAN YANG SUCI.

“Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina adalah perbuatan keji. Dan jalan yang buruk.”(Al Isra’32)

Cinta akan lenyap dengan lenyapnya sebab...

(Ibnul Qayyim Al Jauziyah, dalam Raudhatil Muhibbin)

Cinta yang abadi memerlukan sebab yang abadi. Adalah dusta jika kau berkata cintamu abadi, padahal sebab cintamu hanya kecantikan fana, kekayaan sementara, atau perangai sandiwara.

Seorang remaja seperti kita bisa mudah terseret ke dalam gaya pribadi yang hipokrit. Kita ingin tampil super di hadapan si doi. Kita ingin menjadi seorang yang perfect. Sayang, yang dibangun bukan perbaikan diri, tapi proses penopengan diri. Yang paling parah adalah ketika terjadi pergeseran orientasi dalam semua aktivitas dan amalan. Ketika shalat kita karena dia bukan DIA, ketika kita tahajjud karena takut besok pagi bakalan ditanyain sama dia. Ternyata puasa sunnah kita karena dia juga. Kita jadi pemberani dan jagoan karena di dekat kita ada dia. Kita jadi rajin belajar karena dia. Astagfirullah, kalau semua karena si dia dan untuk si dia, yang kita simpan untuk bekal akhirat apa coba?

Cara untuk belajar menjadi isteri terbaik hanyalah melalui suami. Cara untuk menjadi suami terbaik hanyalah melalui istri. TIDAK BISA MELALUI PACARAN. Pacaran hanya mengajarkan bagaimana menjadi pacar terbaik, bukan suami atau isteri terbaik.

Tak seorangpun bisa lari dari cinta, maka hendaklah ia merawatnya menuju ufuk cinta yang tinggi, yang sehat, dan tak mengganggu kemesraan dengan Sang Pencipta.

Saudaraku, Sahabatku.. cinta yang sehat belum menuntut apa-apa, jika belum ada ikrar halal atasnya. Boleh jadi engkau merahasiakan simpati dan ketertarikan. Tetapi tetap saja penyakit namanya kalau orientasi kedepanmu hanya dia. Maksudnya, kalau engkau mendikte Allah bahwa dialah yang pasti jodohmu. Lalu engkau bukannya meminta yang terbaik dalam istikharahmu, tetapi benar-benar mendikte Allah. Pokoknya harus dia Ya Allah... Pokoknya harus dia!

Kalau begitu caranya, seolah engkau yang menentukan segalanya. Kalau engkau meminta dia ‘dengan paksa’, lalu Allah memberikannya padamu, kiranya kau bisa menebak itukah yang terbaik untukmu? Tak selalu. Bisa jadi Allah tak mengelurkannya dengan kelembutan, tapi Ia melemparnya dengan marah karena niat yang terkotori.

Allah telah menggariskan bahwa mencari jodoh yang baik adalah menjaga dan mendidik diri menjadi yang terbaik.

“Wanita-wanita yang kotor adalah untuk lelaki yang kotor dan lelaki yang kotor untuk perempuan yang kotor. Dan wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik.... “ (An Nur 26)

Saya ingin kita jujur pada diri kita sendiri. Bukankah semua orang mendambakan pasangan yang terpelihara kesucian dan kehormatannya? Semua orang, sekalipun mereka tenggelam dalam lumpur cumbu rayu pacaran yang haram. Maka mari terheran-heran, pada sosok yang mendambakan pasangan suci lahir-bathin padahal ia telah merenggut sekian kesucian. Bisakah dusta menutupnya? Mungkin. Tetapi siapa yang menjamin bahwa ia tidak sedang didustai juga?

Oh, tentu beda lagi kalau penutup masa lalu itu bukan dusta, tetapi taubat. Kalaupun kita pernah tertipu syaithan di masa yang telah lau, maka kehinaan kedua adalah berputusasa dari rahmatNya. Mengapa jadi berprasangka buruk pada Allah bahwa dosa kita tak mungkin diampuni?

Saat tersadar, adalah saat paling nikmat untuk menyadari betapa besar kasih Allah. Betapa mahal harga taubat yang menghapus semua kesalahan.

Sangat tercela membuka áib yang Allah telah menutupnya, bahkan meski itupun tentang diri sendiri. Kalau taubat sudah menghiasi hidup, mengapa mengungkit lara yang Allah telah menghapus dosanya?

Menikah memang solusi termanis yang dikaruniakan Allah kepada hambaNya yang mendambakan hubungan halalan thayyiban.

Salah satu kebodohan manusia normal adalah membujang.

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kalian, dan orang-orang yang layak (menikah) di antara hamba-hamba sahaya kalian yang laki-laki dan perempuan..” (An Nur 32)


Mengapa Islam mensyariátkan kebolehan seorang suami bersanding-damping dengan beberapa isteri? Islam mengerti bahwa jumlah perempuan yang semakin besar presentasenya menumbuhkan kecemasan. Islam paham, bahwa setiap yang berperasaan, semua laki-laki dan perempuan, mendamba ekspresi berbagi kasih sayang, ketentraman, serta kenyamanan psikologis. Kerusakan bisa timbul manakala itu tak tersalurkan. Islam tahu, bahwa membiarkan terpendam atau terbunuhnya syahwat perempuan, dan membiarkan tersiksanya lelaki yang beristeri satu padahal ada ‘kelebihan’ yang hanya menjumpai pasangan ‘keletihan’, adalah tabungan malapetaka yang harus diambil bunganya sewaktu-waktu. Maka Islam memberikan keluasan jumlah sekaligus mensyaratkan keadilan, agar tak miring badan di hari perhitungan.

Kalau orientasi akhir pernikahan dan pembentukan keluarga adalah surga, maka tidak syak lagi, rumah tangga memang akan menjadi surga yang dicicipkan di dunia, Insya Allah...


Inilah puasa panjang syahwatku

Kekuatan ada pada menahan

Dan rasa nikmat itu terasa, di waktu buka yang penuh kejutan


Semoga Allah memberikan kekuatan pada kita semua, menjaga kesucian demi menanti keindahan, dan semoga masa penantian itu tak lama lagi. Amiiin.


Bersediakah akhi menjadi Ustadz di rumah ini??? ^_^

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Bila Aku Jatuh Cinta



Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan
kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu

Amin !

--->B<--- form dudung.net